Suatu ketika, di tahun 2014, saya diundang keluarga Pak Rendra, salah satu bendahara CIDE saat it. Unik memang di Sydney ini, lamaran saja ada tausiyahnya. Ini menunjukkan hausnya kaum muslimin di sini akan ilmu. Saya dijemput oleh Mas Uli yang waktu masih jombol (he..he.. maaf Mbak Marlisa). Sampai disana, keluarga besar Pak Rendra dan Bu Rendra berkumpul, bersiap-siap menyambut tamu “agung nan istimewa” calon mantu dan calon besan, Keluarga Pak Edi Simamora.

Tampak sekali mereka sibuk mempersiapkan acara lamaran dengan baik wabil khusus acara penyambutan tamu. Semua dipersiapkan dengan matang, jangan sampai mengecewakan tamu istimewanya. Tiba-tiba, ada yang berteriak, tamu sudah hampir sampai. Ayo Siap-siap.

Aku melihat mereka sambil berfikir. Mereka sangat yakin bahwa tamunya pasti datang. Mereka benar-benar mempersiapkan semuanya dengan sangat baik. Jangan sampai tamunya kecewa. Jika aku dalam posisi mereka, pasti aku akan melakukan hal yang sama.

Hanya saja, kenapa diriku bermalas-malasan mempersiapkan diri, menyambut tamu yang lebih istimewa dari ini. Tamu yang mempertaruhkan nasibku, yang mempertaruhkan susah dan bahagiaku. Bahkan sering kali diriku berusaha lari dari tamu ini. Tidak mau didatangi.

Masalahnya, mau atau tidak, rela atau tidak, sang tamu pasti datang menghampiriku. Al maut atau kematian itulah tamuku.

Diriku sudah tahu dia pasti dan pasti dia akan datang. Begitu banyak bukti terhampar di depan mata yang membuktikan kebenarannya. Tidak mungkin diriku bisa lari darinya.

 إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاَقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. [Al Jumu’ah:8].

Tapi kenapa diriku masih bermalas-malasan mempersiapkannya. Menunda-nunda diri untuk menghadapinya. Betullah sabda sang baginda. Ketika ditanya siapakah manusia yang paling cerdas. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:

أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا, أُولَئِكَ أَكْيَاسٌ

Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259)

Betul sekali, hanya orang cerdaslah yang mempersipkan kedatangannya. Semoga kita diantaranya. Amin

Akhukum fillah

Khairul Anam
khairulanam.com