Bepergian di Bulan Ramadhan

Rasulullah Saw melakukan perjalanan di bulan Ramadhan. Terkadang beliau berpuasa, terkadang beliau berbuka. Beliau memberikan pilihan kepada para sahabat untuk memilih diantara dua pilihan itu. 

Jika perjalanan itu untuk perang, ketika jarak dengan musuh sudah dekat, Rasul memerintahkan mereka supaya berbuka. Agar bertenaga untuk berperang. 

Berbuka Karena Jihad

Kita sepakat, dalam kondisi-kondisi tertentu orang dibolehkan untuk berbuka puasa walaupun tidak dalam perjalanan. Dan jika kita sepakat, berbuka akan membuat orang yang akan berjihad memiliki tenaga untuk berperang. Apakah mereka boleh berbuka?
Pendapat yang paling kuat dalilnya, mereka dibolehkan untuk berbuka. Itulah pendapat yang dipilih oleh Ibn Taimiyah. Pendapat ini dipakai oleh tentara-tentara Islam ketika mereka menghadapi musuh di Damaskus. 

Tidak ragu lagi, berbuka saat seperti itu lebih utama daripada berbuka hanya karena perjalanan biasa. Bahkan, kebolehan untuk berbuka bagi orang yang bepergian menguatkan kebolehan untuk berbuka dalam kodisi ini. Karena kebolehannya dalam kondisi menghadapi perang lebih kuat lagi. 

Tentang Jarak Perjalanan

Tidak ada ukuran yang pasti dalam sunnah Nabi mengenai jarak dimana seseorang yang bepergian dibolehkan untuk berbuka puasa. Karena itu, tidak benar jika ada yang menyebutkan adanya batasan ini dari Nabi Saw. 
Dihyah Al-Kulabi berbuka puasa dalam jarak perjalanan 3 mil. Kepada orang yang tetap berpuasa beliau berkata: mereka tidak mencintai sunnah Nabi Muhammad Saw.
Ketika para sahabat akan melakukan perjalanan mereka berbuka, tanpa mempertimbangkan sudah lewat rumah atau tidak. Mereka memberi tahu bahwa itu sunnah Nabi Saw. Seperti yang dikatakan oleh Ubaid bin Jubr: “ Saya berlayar bersama Abu Bashroh Al-Gifari, sahabat Rasulullah Saw., dalam sebuah perahu dari Fustat di bulan Ramadhan. Sebelum beranjak jauh dari rumahnya beliau meminta untuk menggelar sufrah (tempat untuk makan). Dia berkata: mendekatlah! Aku berkata: bukankah rumah engkau juga masih terlihat? Abu Basrah berkata: apakah engkau tidak menyukai sunnah Nabi?” (HR Abu Daud dan Ahmad). 

Muhammad bin Ka’ab berkata: “ Saya mendatangi Anas bin Malik pada bulan Ramadhan, ketika dia mau bepergian. Kendaraannya sudah siap, dan beliau sudah memakai baju perjalanan. Beliau mengajak untuk makan. Aku bertanya: sunnah? Kata beliau: sunnah. Setelah itu, beliau kemudian naik ke kendaraannya”.

Al-Turmduzi berkata: hadits hasan. Dalam riwayat Daruquthni: beliau makan padahal sudah hampir terbenam matahari. 

Atsar-atsar ini dengan terus terang menyatakan, orang yang akan melakukan perjalanan di siang hari bulan Ramadhan, boleh untuk berbuka. 

Ust. Shaifurrokhman Mahfudz (Board of Imam CIDE-NSW)

Subscribe our Telegram Channel to get instant Ramadhan updates at:
https://t.me/cidensw
https://t.me/cidensw_ca