Memulai Ibadah Ramadhan

Untuk memulai pelaksanaan ibadah Ramadhan, kita harus memastikan bahwa kita benar-benar mengetahui jatuhnya awal Ramadhan yang ditetapkan oleh ahli ilmu dan pemerintah yang berwenang.

Cara menetapkan awal Ramadhan dapat dilakukan dengan melihat bulan ( ru’yatul hilal ), menyempurnakan bulan Sya’ban ( takmil syahri Sya’ban ) dan meng-hisab jatuhnya bulan.

Ketiga cara tersebut telah ditegaskan oleh Rasulullah Saw. Beliau memberi petunjuk bahwa seseorang tidak boleh memasuki bulan Ramadhan kecuali betul-betul telah melihat hilal (bulan sabit) atau ada kesaksian seorang Muslim.

Dalam hal ini beliau pernah berpuasa karena kesaksian Ibnu Umar, dan di waktu lain dengan kesaksian seorang Badui. Artinya, beliau menerima berita kesaksian awal puasa yang dibawa oleh satu orang saja. Beliau memegang kesaksian mereka berdua, dengan tidak mengangkat kesaksian secara formal. 

Jika Nabi tidak melihat bulan, dan tidak ada seorang pun yang menyaksikan, maka beliau menyempurnakan hitungan bulan Sya’ban sampai 30 hari. Hal itu terjadi jika malam hari tanggal 30 Sya’ban cuacanya mendung atau hujan. Beliau tidak pernah berpuasa pada hari yang mendung dan tidak juga memerintahkan para sahabatnya. Sebaliknya, jika mendung, beliau memerintahkan para sahabat agar menggenapkan hitungan Sya’ban hingga 30 hari. Inilah yang dilakukan Nabi Saw sekaligus menjadi perintahnya; “ Jika hari mendung, maka perkirakanlah (faqdiru lah)”. Memperkirakan berarti menghitung yang bermaksud menyempurnakan bilangan bulan yang mendung ketika itu. Sebagaimana yang dikatakan dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari: “ Sempurnakankan bilangan bulan Sya’ban”. 

Ust. Shaifurrokhman Mahfudz (Board of Imam CIDE-NSW)

Subscribe our Telegram Channel to get instant Ramadhan updates at:
https://t.me/cidensw
https://t.me/cidensw_ca