Sebagiannya meneteskan air mata dan menghela nafas panjang saat ustadz Aep Saepulloh di malam kedua Ramadhan memberikan tausyiah  kepada jamaah Masjid Al-Hijrah tentang IKHLAS. Tema yang luar biasa, tema yang mengingatkan apakah kebaikan yang sudah dilakukan selama ini dikarenakan Allah atau karena yang lainnya, yang malah membuat terperosok ke dalam api neraka. Apakah harta benda yang telah diinfakkan, disedekahkan dengan jumlah yang mungkin tidak sedikit akan lenyap begitu saja, seperti debu yang diterbangkan angin. Ataukah jerih payah, tenaga, pikiran dan waktu yang diluangkan untuk kebaikan akan lenyap tanpa hasil. Sungguh tema yang bisa membuka hati dipenuhi kekhawatiran dan mungkin ketakutan benarkah kita melakukan kebaikan karena Allah, ataukah karena ingin yang lainnya. Ya Allah, Engkau adalah Dzat yang membolak-balikan hati berilah kami keistiqomahan sehingga apa yang kami lakukan hanyalah untukMu, hanyalah untukMu. Aamiin.

Para ulama mengatakan, diantaranya Ibnu Hazm al-Zahiri bahwa ikhlas adalah ruhul ibadah, nyawanya ibadah. Tidak ada satu bagian manusia atau makhluk hidup lainnya yang sanggup digerakkan atau tumbuh jika di dalamnya tidak ada nyawa. Oleh karena itu ibadah apapun, kebaikan apapun, sebesar apapun ibadah yang dilakukan oleh muslim tidak akan ada nilainya, tidak akan hidup dan tidak akan mendapatkan pahala jika tidak didasari oleh ikhlas karena Allah. 

Tidak ada satupun surat, tidak ada satupun bab hadist didalamnya kecuali di dalamnya ada atau banyak ayat-ayat  yang bersinggunggan dengan ikhlas. Dalam surat al-Bayyina ayat 5, Allah menyinggung  betapa pentingnya ikhlas. Tidak diperintahkan beribadah kepada Allah kecuali ibadah tersebut dilakukan atas dasar keikhlasan kepada Allah. Allah seolah-olah mau mengatakan “Wahai hamba-hambaku, wahai umat Muhammad ketahuilah jika ibadah apapun yang dilakukan, kebaikan apapun yang dikerjakan tanpa dasar ikhlas adalah non sense”. Dalam surat al-Mukmim atau surat al-Ghafir ayat 65, “Allah yang Maha Hidup, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka berdoalah kepada Allah dengan penuh keikhlasan. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam”.

Karena pentingnya, ikhlas bukan hanya diperintahkan untuk orang mukmin. Subhannallah, orang munafik yang ingin kembali kepada agama Allah dengan sebenar-benarnya, Allah akan menerima taubatnya dengan syarat satu diantaranya harus didasari atas ikhlas. Di dalam surat an-Nisa ayat 145 yang dilanjutkan dengan ayat 146, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu ditempatkan pada tingkatan yang paling bawah di neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada agama Allah dan tulus ikhlas mengerjakan agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar”. Siksa Allah yang pedih di neraka untuk orang munafik diganti dengan pahala yang besar jika bertaubat dengan syarat ikhlas.

Bahkan tidak hanya diperuntukkan kepada kaum mukmin dan kaum munafik yang ingin bertaubat saja yang diperintahkan untuk ikhlas. Manusia paling agung, rajanya para nabi, sebaik-baik makhluk Allah juga diperintahkan untuk ikhlas. Apakah Rasulullah tidak ikhlas, tentu saja Rasulullah ikhlas. Allah memerintahkan nabi Muhammad untuk ikhlas, untuk mengajarkan kepada umatnya, betapa besar dan pentingnya ikhlas. Dalam surat az-Zumar ayat 11dan 12, “Katakanlah: Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan betul-betul semata-mata karena ikhlas kepada-Nya dalam menjalankan agama. Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama yang berserah diri”. Dalam surat al-Anaam, disebutkan bahwa tidak hanya keikhlasan dalam ibadah saja yang mutlak diperlukan tetapi juga mencakup seluruh aspek. Dalam ayat 162 dan 163, “Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri”. Luar biasanya perintah ikhlas.

Demikian juga ketika Allah memuji sebagian nabiNya yang ikhlas sebagai contoh buat kita karena keikhlasannya. Misalnya nabi Yusuf, dalam surat Yusuf ayat 24, “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikan dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termaksud hamba-hamba Kami yang ikhlas”. Nabi Yusuf dihindarkan dari perbuatan yang tidak diperkenankan oleh Allah dengan memalingkannya dan dilindungi dari bencana karena keikhlasannya. Kisah yang kedua adalah kisah nabi Musa, dalam surat  Maryam ayat 51, “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka), kisah Musa di dalam Al Quran ini. Sesungguhnya ia adalah seorang seorang nabi dan rasul yang ikhlas”. Nabi yang lain adalah nabi Ibrahim, Ishaq dan Yaqub dalam surat Shaad ayat 45 dan 46. Bahkan dalam surat Yunus 22 dan 23, sampai orang durhakapun ketika dia berdoa dengan ikhlas semata-mata karena Allah, Allah menyelamatkan mereka. Digambarkan orang-orang durhaka yang sedang berada di kapal, ditengah laut , ditengah badai, ombak dan anginnya yang besar dan mereka yakin bahwa mereka dalam bahaya. Mereka berdoa dengan penuh keikhlasan, “Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, kami berjanji untuk menjadi hamba-hambamu yang bersyukur”. Allah menyelamatkan mereka, seperti yang tertulis di ayat ke 23. Subhanallah. Orang durhakapun apabila berdoa dengan ikhlas, Allah menyelamatkannya,  apalagi dengan orang yang beriman yang yakin dengan Allah.

Iblispun, dedengkotmya syetan tidak akan mampu mempengaruhi dan menggoda orang-orang yang ikhlas. Hal ini seperti  yang disebutkan dalam surat al-Hijr ayat 36-40. Dalam ayat 39 dan 40, “Iblis berkata : Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas”. Luar biasa dengan ikhlas membuat manusia tidak mempan untuk digoda oleh iblis. Saking pentingnya ikhlas, Allah menyimpan satu surat khusus di dalam Al-Qur’an, surat al-Ikhlas. Dimana dalam hadist riwayat Muslim, surat al-Ikhlas  sama dengan sepertiga Al-Quran padahal cuman 4 ayat.

Ikhlas menurut para ulama adalah berlepas diri dari semua yang bukan Allah. Apapun yang dikerjakan hanya semata-mata untuk Allah, untuk meraih ridho Allah. Bahkan meninggalkan perbuatan baik karena manusia disebut riya. Misalnya si Fulan yang selalu memberikan sedekah, tetapi suatu saat ditanya kenapa tidak melakukan sedekah hari ini. Si Fulan menjawab tidak enak sama orang, hal ini dikatakan sebagai riya. Contoh yang lain adalah menuliskan nama hamba Allah ketika memberikan sumbangan karena takut diketahui orang lain, inipun disebut riya karena kebaikan tersebut bukan ditujukan kepada Allah. Apapun ibadah atau kebaikan yang bukan semata-mata untuk Allah disebut riya. Adapun melakukan perbuatan yang dikarenakan untuk manusia adalah termasuk syirik (kecil). Ikhlas terlepas dari dua hal ini.

Sebuah hadist riwayat Muslim yang diterima dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda bahwa kelak pada hari kiamat manusia pertama yang dihisab oleh Allah adalah orang yang gugur di medan perang, syahid. Allah hadapkan tentang nikmat-nikmat yang diberikan kepada orang tersebut. Lalu berfirman: Wahai hambaku apa yang telah kamu lakukan terhadap nikmat-nikmatku ? Orang tersebut menjawab: Ya Allah aku berjuang dijalanMu sampai gugur menjadi syahid. Lalu Allah berkata: Kamu bohong! Kamu berjuang bukan untukKu tetapi ingin dikatakan sebagai pemberani dan sebagai pahlawan.  Malaikat!  Bawa dia, gusur wajahnya dan lemparkan dia ke dalam api neraka. Lalu dihadapkan orang kedua, orang yang belajar ilmu agama dan dia bahkan mengajarkan ilmu agama. Allah bertanya: Apa yang telah kamu perbuat dengan nikmat-nikmatku ? Orang tersebut menjawab: Ya Allah aku belajar agama, aku mengajarkan ilmu agama dan bahkan membaca Al-Quran itu untukMu ya Allah, karenaMu ya Allah. Allah kembali berkata: Kamu bohong! Kamu belajar agama, kamu mengajarkan agama, kamu membaca Al-Quran bukan karenaKu tetapi biar disebut sebagai ulama, biar disebut sebagai orang yang banyak ilmunya. Wahai malaikat! Bawa dia dan lempar ke neraka jahanam. Orang ketiga didatangkan dan ditanya apa yang telah diperbuat dengan kenikmatan yang diberikan. Orang tersebut menjawab: Ya Allah, Engkau berikan aku nikmat yang banyak, tidak satupun sesuatu yang Engkau inginkan untuk berinfak maka aku lakukan, aku senantiasa bersedekah, semua itu aku lakukan karenaMu, ya Robb. Allah berkata: Kamu bohong! Kamu bersedekah, kamu berinfak bukan untukKu tetapi supaya disebut sebagai orang dermawan. Wahai Malaikat! Bawa dia dan lemparkan ke neraka jahanam.

Dalam riwayat Tirmidzi bahkan terdapat tembahan dari hadist tersebut. “Wahai Abu Hurairah ketahuilah bahwa ketiga orang tadi, orang yang mati syahid, orang yang belajar agama, orang yang dermawan yang tidak ikhlas tersebut adalah makhluk Allah yang pertama kali disengat dan dibakar oleh api neraka”. Ini menunjukkan bahwa orang yang pertama kali dibakar di hari kiamat bukanlah pezina, bukan pencuri, bukan yang meninggalkan sholat wajib tetapi orang-orang yang melakukan amal-amal besar tetapi tidak ikhlas. Karena itu Ibnu al-Mubarak berkata betapa banyak amal-amal sholeh besar yang menjadi kerdil karena niatnya tidak betul dan betapa banyak amal-amal sholeh yang kecil menjadi besar karena niat yang ikhlas.

Ancaman Rasulullah terhadap orang yang tidak ikhlas didalam sebuat hadist menyebutkan bahwa siapa yang mencari ilmu, biar bisa berdebat dengan orang bodoh, biar dikatakan pintar oleh para ulama atau biar orang-orang datang menghadap dan mendengarkannya bukan karena Allah. Allah akan memasukkannya ke neraka. Sebaliknya amal kecil tetapi karena ikhlas akan menjadi istimewa. Hadist Bukhori Muslim meriwayatkan ada seorang laki-laki (dalam hadist lain sebagai pezina, hadist lain menyebutkan sebagai wanita pezina) yang kehausan ditengah padang pasar, lalu dia mengambil air. Setelah minum, naik ke atas sumur dilihatnya seekor anjing yang menjulur-julurkan lidahnya karena kehausan. Dia terketuk hatinya, lalu turun kembali ke sumur untuk mengambil air yang ditaruh di sepatunya dan diberikan kepada anjing tersebut. Karena dilakukan dengan ikhlas maka Allah mengampuni dosa-dosanya.

Jika semuanya dilakukan dengan ikhlas maka semuanya menjadi indah. Suami melakukan pekerjaannya untuk menghidupi keluarganya, istri melaksanakan pekerjaan rumah tangga, anak patuh kepada orang tuanya jika didasarkan atas ikhlas. Semua kehancuran, kerusakan yang terjadi karena manusia lalai untuk melakukan keikhlasan, yang seharusnya hanya untuk Allah.

Dari sekarang niatkan dalam hati bahwa apapun yang dilakukan hanya karena Allah, semata-mata untuk Allah bukan yang lain. Hal ini bukan saja akan menyelamatkan amal kebajikan yang dilakukan tetapi juga akan menjadi manusia pilihan seperti halnya Allah memuji para nabi-nabiNya.