(Catatan Ramadhan 1434H)

 6.45 malam. 16 warga Indonesia yang rata-rata merupakan mahasiswa the University of New South Wales (UNSW) berkumpul di tepi Anzac Parade, Kingsford. Terpaan angin musim dingin tidak menyurutkan langkah mereka keluar rumah. Bulan sabit malam 4 Ramadhan 1434H terlihat terang di ufuk barat, seterang niat mereka menuju sesuatu yang mereka idam-idamkan: Tempe.

Tempe? Ya, Tempe. Tapi Tempe yang ini bukan tempe produk olahan kedelai berjamur Rhizopus yang biasa dibuat mendoan itu. Tempe ini adalah sebuah suburb di Sydney, 9 kilometer dari pusat kota Sydney, dimana Masjid Al Hijrah, masjid komunitas Indonesia di Sydney yang bekas gereja Jehovah Witness yang dibeli pada tahun 1991 berada.

 

Mengunjungi Masjid Tempe, sebutan khas untuk Masjid Al-Hijrah, adalah sebuah keistimewaan, momentum yang luar biasa bagi para mahasiswa Indonesia yang tinggal di Kingsford, sebuah daerah  di bilangan Eastern Suburb, Sydney. Kingsford dan Masjid Tempe hanya berjarak sekitar 9.5 kilometer. Hanya dibutuhkan sekitar 15 sampai 20 menit dengan mengendarai mobil untuk sampai ke Tempe. Namun, perlu waktu satu hingga satu setengah jam jika ditempuh menggunakan transportasi umum. Dan di atas jam 8 malam, meskipun ada tetapi sudah jarang kendaraan umum yang beroperasi pada jalur tersebut. Para mahasiswa yang kebanyakan mengandalkan transportasi umum, tentu akan berpikir dua kali jika hendak mengikuti kegiatan disana.

Bersyukur Panitia Ramadhan Masjid Al-Hijrah Tempe bekerjasama dengan Keluarga Pelajar Islam Indonesia (KPII) Sydney menggagas program “Tarawih di Tempe”. Program ini mencoba menjembatani keinginan para mahasiswa Indonesia, berikut keluarga mereka, yang tinggal di sekitar UNSW agar dapat mengikuti shalat tarawih berjamaah di Masjid Tempe, dengan menyediakan free shuttle bus dari Kingsford ke Masjid Tempe pulang-pergi, setiap hari Jumat, Sabtu dan Ahad malam selama Ramadhan tahun ini. Program yang pertama kalinya diluncurkan pada malam 4 Ramadhan 1434 H itu mendapat animo yang begitu besar.

Sebut saja Lana, salah satu peserta “Tarawih di Tempe”, mengaku baru pertama kali berkunjung ke Masjid Tempe. Ia takjub, ternyata banyak juga warga muslim Indonesia yang menjadi jamaah masjid ini. “Saking banyaknya, sampai-sampai beberapa jamaah putri harus shalat di wisma Al Hijrah,” katanya. Wisma Al-Hijrah adalah sebuah wisma serbaguna yang masih berada dalam satu kompleks dengan Masjid Al-Hijrah, yang dibeli pada tahun 2010. Lain lagi dengan Arif, mahasiswa program master yang baru memulai kuliahnya bulan Juli ini. Ia terkagum-kagum dengan pembawa acara rangkaian kegiatan tarawih malam itu. Meskipun seorang warga asli Australia, ia sangat fasih membacakan susunan acara dan mengarahkan jamaah dalam Bahasa Indonesia. Tak mengherankan, Ustadz Ali Abdullah, pembawa acara tersebut, sebelumnya pernah nyantri di Pondok Pesantren Darussalam, Gontor selama 4 tahun. Perdana, seorang mahasiswa doktoral bidang IT, mengatakan program ini bisa semakin mempererat tali silaturahim antara jamaah dan takmir Masjid Tempe dengan para mahasiswa. “Program ini bagus dan layak dilanjutkan,” ujarnya.

Yang menarik dari program ini adalah kendaraan yang digunakan sebagai shuttle bus. Panitia Ramadhan Masjid Al-Hijrah ataupun KPII Sydney tidak menyewa kendaraan secara khusus. Adalah para jamaah Al-Hijrah yang secara sukarela menawarkan diri dan kendaraannya untuk menjemput dan mengantar jamaah Kingsford menuju dan dari Masjid Tempe. Subhanallah! Semoga Allah membalas kebaikan budi mereka dengan balasan yang berlipat ganda di bulan penuh barakah ini.

Selain mengikuti shalat isya’, tarawih dan witir secara berjamaah, para warga Kingsford tersebut juga menyimak dengan seksama kuliah singkat  dari Presiden Centre for Islamic Dakwah and Education (CIDE), Bapak Lukman Hakim Dereinda, usai Shalat Isya’. Mereka juga mengikuti dengan khidmat tausiyah yang disampaikan oleh Ustadz Sholihin Efendi. Ustadz yang secara khusus didatangkan dari Indonesia untuk menjadi imam Masjid Al-Hijrah ini menyampaikan ceramah tentang syarat-syarat dikabulkannya doa, dengan menukil pendapat Syaikh Yusuf al-Qaradawi. Ada 6 syarat sebuah doa mendapat ijabah, jawaban dari Allah SWT, yaitu: (1) berdoa diiringi ikhtiar (usaha) yang optimal, (2) menyambung hubungan baik dengan Allah, (3) mengikhlaskan hati sepenuhnya hanya untuk Allah, (4) mensucikan Allah dan mengakui kealpaan diri, (5) menghindarkan diri dari yang haram, dan (6) tidak berputus asa dari rahmat Allah (tidak terburu-buru akan dikabulkannya doa).

Usai mengikuti rangkaian kegiatan tarawih malam itu, jamaah Kingsford berbaur dengan jamaah Al-Hijrah lainnya sembari menikmati minuman hangat dan kudapan yang disediakan panitia. Tak lupa mereka mengakhiri malam Ramadhan pertama mereka di Masjid Tempe itu dengan berfoto bersama, mengabadikan momen berharga tersebut sembari membawa kesan dan keyakinan di dalam sanubari, dimanapun bagian dari bumi Allah ini, niscaya akan ditemui orang-orang yang meninggikan kalimatNya. [FM/ editor: nf]