Ibadah Nabi selama Ramadhan

Keempat: Berdzikir dan Berdoa

Nabi Saw. berdzikir dan berdoa di setiap waktu dan pada setiap keadaan. Tetapi beliau lebih banyak berdzikir kepada Allah pada bulan Ramadhan. Di antara dzikir yang dibaca Nabi ketika melihat bulan sabit di awal Ramadhan, beliau berkata: 
اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالأَمْنِ وَالإِيمَانِ وَالسَّلامَةِ وَالإِسْلامِ وَالتَّوْفِيقِ لِمَا نُحِبُّ وَتَرْضَى رَبُّنَا وَرَبُّكَ اللَّهُ 
Ya Allah, jadikan bulan itu mendatangkan rasa aman, iman, keselamatan, Islam dan pertolongan untuk mendapatkan apa yang kami sukai dan Engkau ridhai. Tuhan kami dan tuhan engkau wahai bulan, adalah Allah ” (HR Al-Darimi).

Ketika berbuka beliau membaca doa: 
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إن شَاءَ الله
Rasa haus telah hilang dan tenggorokan telah basah, semoga atas kehendak Allah pahala juga dapat kami peroleh”. (HR Abu Daud dan Nasai).  

Aisyah bertanya kepada Rasulullah Saw; ” Wahai Rasulullah, jika aku tahu mendapatkan malam lailatul qadar apa yang harus aku katakan? Nabi menjawab: katakanlah
اللهم إِنَّكَ عُفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Pemurah dan mencintai permaafan. Maka ampunilah aku” (HR Al-Turmudzi, katanya : hasan shoheh). 

Imam Nawawi berkata : sunnah memperbanyak membaca Al-Quran dan doa-doa lainnya sambil beri’tikaf (tinggal di dalam mesjid). Alasan harus memperbanyak doa, karena sabda Nabi : “ Tiga hal yang doanya tidak akan ditolak Allah: orang yang berpuasa sampai berbuka, pemimpin yang adil dan doanya orang yang terzalimi ” (HR Turmudzi, hadits hasan). 

Kelima: Memperbanyak Sujud dan Infak

Dalam hadits yang diterima dari Ibnu Abbas yang tadi, betapa Rasulullah Saw. sangat dermawan di bulan Ramadhan.
Pada bulan itulah Rasulullah Saw. lebih dermawan daripada angin yang tak henti-hentinya bertiup (Hadits sepakat Bukhari dan Muslim). 

Nabi adalah manusia yang paling dermawan. Beliau juga paling mulia, paling berilmu dan memiliki seluruh sifat yang terpuji. Kedermawanan Nabi dibuktikan dalam segala bentuk. Dengan memberikan ilmu dan harta. Mendermakan dirinya dalam meperjuangkan agama, mendakwahi manusia, memberikan kebaikan kepada umat manusia dengan segala cara. Memberi makan kepada yang lapar, menasihati orang yang tidak tahu, memenuhi kebutuhan mereka dan meringankan beban yang ada di pudaknya.

Dalam hadits shahih Bukhari dan Muslim, diriwayatkan dari Anas: “ Rasulullah Saw. adalah sebaik-baiknya manusia. Dia adalah orang yang paling berani, dan paling dermawan”. 

Dalam shahih Muslim yang diterima dari Anas, beliau berkata: “Apapun yang diminta dari beliau, demi dakwah Islam beliau berikan. Ada seorang Badwi yang datang meminta, beliau memberikan domba di antara dua gunung. Diapun pulang ke kaumnya dan berkata: wahai kaumku, masuk Islamlah kalian. Karena Muhammad telah memberikan pemberian yang sangat banyak, dia tidak takut jatuh miskin”.
 
Tapi kedermawanannya itu ternyata lebih berlipat ganda pada bulan Ramadhan, dibanding pada bulan-bulan lain. Pada waktu yang sama, anugerah Allah kepadanya juga lebih berlipat ganda. (diringkas dari Lathaif Al-Ma’arif, hal. 269-229). 

Diantara bentuk kedermawanan pada bulan Ramadhan adalah bersedekah untuk berbuka puasa. Karena sabda Nabi: “ Siapa yang memberikan makan untuk berbuka puasa, maka dia akan mendapatkan pahala seperti yang diperoleh orang yang berpuasa” (HR Ahmad, Nasai, dishohehkan oleh Al-Albani). 

Diantara bentuk kedermawanan Nabi adalah secara total beliau mendedikasikan hidupnya hanya untuk Allah dan dalam mengapai ridha Allah. Beliau mendermakan hartanya baik kepada orang yang miskin atau kepada orang yang  membutuhkan, menginfakkannya di jalan Allah atau dalam rangka meluluhkan hati orang yang diharapkan bisa memperkuat Islam, baik sebelum atau ketika atau baru masuk Islam. Beliau lebih mendahulukan mereka dari pada untuk dirinya, keluarga dan anak-anaknya. 

Karena itu kedermawanannya tidak bisa dicapai oleh para raja, baik oleh para penguasa Parsi (Qisra) atau para penguasa Romawi (Kaesar). Padahal beliau sendiri hidup miskin. Sehingga dalam satu riwayat, sampai dua bulan dapurnya tidak mengepul, bahkan beliau terpaksa mengganjal perutnya dengan batu karena lapar (Lathaif Al-Ma’arif, hal. 229).

Ust. Shaifurrokhman Mahfudz (Board of Imam CIDE-NSW)

Subscribe our Telegram Channel to get instant Ramadhan updates at:
https://t.me/cidensw
https://t.me/cidensw_ca